SMK Negeri 1 Pleret

SMK Negeri 1 Pleret, berlokasi di Jalan Imogiri Timur, km.9 Dusun Jati, Desa Wonokromo, Kapanewon Pleret, Daerah Istimewa Yogyakarta
Terdapat 4 Kompetensi Keahlian, Yaitu:
1. Teknik Instalasi Tenaga Listrik (TITL)
2. Teknik Jaringan Tenaga Listrik (TJTL)
3. Teknik Komputer dan Jaringan (TKJ)
4. Teknik dan Bisnis Sepeda Motor (TBSM)

Kelas Seni Budaya Bersama Bu Rienz

Jika anda menempuh pendidikan di SMKN 1 Pleret, nanti akan berjumpa dengan Bu Rienz di kelas Seni Budaya.
Kelas Seni Budaya hanya ditempuh di kelas X saja, dengan jumlah jam tatap muka 3 JPL dalam sepekan.

Kegiatan SAGUGABLOG Lanjut 70

Ikatan Guru Indonesia (IGI) menyelenggarakan kegiatan yang sangat menarik, yaitu Sagusablog, atau SAtu GUru SAtu BLOG.
Kegiatan ini diawali dengan kelas sagusablog dasar, kemudian bagi peserta yang lulus, diperbolehkan untuk mengikuti kelas sagusablog lanjut.

Senin, 16 Juni 2025

Catatan Saya dari Workshop di SMANCA

Belajar Bersama AI: Catatan Saya dari Workshop di SMA Negeri Cangkringan

Senin pagi, 16 Juni 2025, saya mendapatkan kesempatan istimewa untuk berbagi dan belajar bersama rekan-rekan guru serta karyawan SMA Negeri Cangkringan dalam Workshop Artificial Intelligence (AI). Saya hadir sebagai narasumber, membawa semangat kolaborasi, kreativitas, dan tentu saja, rasa penasaran yang sama besar dengan peserta: bagaimana AI bisa menjadi sahabat baru dalam dunia pembelajaran.

Kegiatan ini berlangsung dari pukul 08.00 hingga 12.00 WIB dan dibuka secara resmi oleh Plh Kepala Sekolah, Bapak Rahmad Budiyono, S.Pd., yang menyampaikan pentingnya kesiapan guru menyambut era baru teknologi dalam pendidikan, terutama dalam menyikapi kehadiran AI sebagai alat bantu dalam proses belajar mengajar. Suatu kehormatan bagi saya bisa berada di tengah komunitas pendidikan yang terbuka dan antusias seperti ini.

Membuka Wawasan Lewat Refleksi Awal

Workshop saya mulai dengan survey pengetahuan awal peserta tentang AI menggunakan mentimeter. Pertanyaan sederhana: “Apa yang Anda ketahui tentang AI?” dan “Sudahkah Anda memanfaatkannya dalam pembelajaran?” membuka ruang diskusi yang menarik. Jawaban-jawaban yang muncul menunjukkan beragam pengalaman—dari yang belum pernah menyentuh AI sama sekali, hingga yang sudah mencoba eksplorasi kecil lewat aplikasi ChatGPT atau Canva.

Menghubungkan AI dengan Dunia Guru

Selanjutnya saya menyampaikan pengantar mengenai AI, bagaimana prinsip kerjanya, serta potensinya dalam mendukung guru: dari merancang materi, membuat asesmen, hingga menciptakan pengalaman belajar yang lebih mendalam dan kontekstual.

Bagian yang paling saya nikmati adalah saat kami bersama-sama menyusun rencana pembelajaran dan asesmen berbasis AI. Melihat peserta mulai menyusun ide-ide yang konkret, saya merasa bahwa AI bukanlah sesuatu yang “jauh dan rumit”, melainkan bisa menjadi alat yang memperkuat kreativitas guru.

Prompt dan Praktik: Menciptakan Video AI

Suasana makin semarak saat kami mulai mengenal dunia prompt—cara memberi instruksi kepada AI agar bisa menghasilkan konten kreatif, khususnya video edukatif. Saya mengenalkan Google Veo2, sebuah platform AI dari Google yang memungkinkan pengguna membuat video hanya dengan mengetikkan deskripsi.

Peserta tampak antusias mencoba sendiri membuat video sederhana berdasarkan materi pelajaran yang mereka ajarkan. Beberapa bahkan langsung berencana menggunakan video buatan mereka untuk pembelajaran tahun ajaran baru mendatang!

Refleksi Penuh Semangat

Di akhir sesi, kami melakukan refleksi bersama. Banyak peserta menyampaikan rasa senangnya karena ternyata AI tidak serumit yang dibayangkan. Ada pula yang merasa lebih percaya diri untuk mulai bereksperimen di kelas.

“Baru pertama kali praktik langsung bikin video pakai AI. Ternyata menyenangkan dan mudah dipahami! Terima kasih Bu Rini atas bimbingannya,” ungkap salah satu guru peserta.

“Ternyata belajar AI itu menyenangkan dan tidak sesulit yang saya bayangkan. Terima kasih, Bu Rini, sudah membimbing dengan sabar dan menyenangkan,” kata salah satu peserta lain yang membuat saya sangat terharu.

Penutup: AI untuk Kolaborasi dan Kemajuan

Bagi saya, workshop ini bukan hanya soal mengenalkan teknologi, tapi tentang membangun keberanian dan semangat belajar bersama. Saya percaya, AI bukan untuk menggantikan guru, tetapi justru untuk memberdayakan guru agar bisa menghadirkan pembelajaran yang lebih relevan dan bermakna.


Melalui workshop ini, SMA Negeri Cangkringan menunjukkan komitmennya untuk terus belajar dan beradaptasi dengan teknologi terkini. Semoga kegiatan serupa dapat terus dilaksanakan sebagai bentuk nyata pengembangan profesionalisme guru di era digital.

Terima kasih kepada keluarga besar SMA Negeri Cangkringan atas sambutan hangat dan semangat luar biasa. Semoga semangat kolaboratif ini terus tumbuh dan menginspirasi sekolah-sekolah lainnya.

Rabu, 23 April 2025

Webinar Series#4 Balai Tekkomdik 2025

AI untuk Pembelajaran Mendalam: Refleksi Saya dari Webinar Series #4 Balai Tekkomdik DIY

Tanggal 23 April 2025 menjadi salah satu momen berharga dalam perjalanan saya sebagai pendidik sekaligus Duta Teknologi. Pada hari itu, saya mendapatkan kehormatan menjadi salah satu narasumber dalam Webinar Series #4 yang diselenggarakan oleh Balai Teknologi Komunikasi Pendidikan (Balai Tekkomdik) DIY, dengan tema “AI untuk Mendukung Pembelajaran Mendalam”.

Kegiatan ini dilaksanakan secara daring melalui Google Meet dan disiarkan langsung melalui kanal YouTube Jogja Belajar. Saya berbagi panggung virtual dengan rekan sesama Duta Teknologi DIY yang luar biasa, Yovita Della Carolina, yang turut memperkaya diskusi dengan pengalaman dan praktik baik dari kelasnya.

Mengajak Guru Melampaui Sekadar Teknologi

Dalam sesi saya, saya mengangkat pertanyaan utama:
"Apakah AI hanya sekadar alat bantu, atau bisa menjadi jembatan menuju pembelajaran yang lebih bermakna?"

Melalui pemaparan saya, saya mencoba membingkai Artificial Intelligence (AI) bukan hanya sebagai teknologi canggih yang memukau, tetapi sebagai alat yang dapat digunakan guru untuk memperdalam pemahaman siswa, memfasilitasi refleksi, dan merancang pembelajaran yang lebih kontekstual dan personal.

Saya membagikan beberapa praktik yang saya lakukan di kelas Seni Budaya, seperti penggunaan AI generatif untuk membuat video pembelajaran berbasis minat siswa, serta memanfaatkan AI untuk membantu menganalisis hasil refleksi siswa dan mengembangkan umpan balik yang lebih tepat sasaran.

Deep Learning Bukan Sekadar Mendalam, Tapi Membumi

Diskusi kami berkembang ke arah bagaimana AI bisa mendukung pendekatan deep learning, yaitu pembelajaran yang mendorong siswa untuk:
  1. mengaitkan pengetahuan dengan pengalaman,
  2. berpikir kritis dan reflektif,
  3. membangun makna secara aktif,
  4. dan merasakan relevansi antara pelajaran dan dunia nyata.

Saya menekankan bahwa teknologi hanyalah kendaraan, sedangkan nilai-nilai kemanusiaan dan kedekatan guru-siswa tetap menjadi pengemudinya.

Interaksi Virtual yang Hangat dan Penuh Gagasan

Walaupun webinar ini dilaksanakan secara daring, interaksinya tetap terasa hangat. Pertanyaan-pertanyaan dari peserta menggambarkan semangat yang tinggi untuk menjelajahi dunia AI dalam pendidikan:

“Bagaimana memulai integrasi AI dalam pembelajaran tanpa harus ahli teknologi?”
“Apakah AI bisa membantu asesmen yang lebih mendalam dan humanis?”
“Bagaimana menghindari ketergantungan dan tetap menjaga peran aktif guru?”

Diskusi bersama Mbak Yovita juga sangat memperkaya. Beliau menampilkan praktik integrasi AI dari sudut pandang guru mata pelajaran eksakta, yang melengkapi pendekatan saya dari sisi seni dan humaniora.

Membangun Masa Depan, Mulai dari Sekarang

Saya menutup sesi dengan pesan sederhana tapi penting:
AI tidak menggantikan guru. Tapi guru yang terbuka pada pembelajaran baru—dan yang bisa memanfaatkan teknologi untuk menguatkan esensi pendidikan—akan menjadi agen perubahan sejati.

Terima kasih kepada Balai Tekkomdik DIY yang telah menyediakan ruang pembelajaran terbuka, inklusif, dan kolaboratif ini. Semoga kegiatan seperti ini terus berlanjut, mendorong ekosistem pendidikan yang cerdas secara teknologi dan hangat secara nilai.
Mari terus belajar, tumbuh, dan menciptakan makna di tengah tantangan zaman.

Jumat, 31 Januari 2025

Teater (Part 5)

UNSUR, NILAI DAN FUNGSI

SENI TEATER


A. Unsur Teater

Unsur yang ada di dalam seni teater dibedakan menjadi dua, yaitu:
1. Unsur Internal

Unsur internal ini adalah unsur yang menyangkut mengenai keberlangsungan pementasan dalam suatu teater. Tanpa adanya unsur internal internal maka tidak akan terdapat suatu pementasan teater. Oleh sebab itu, unsur internal dikatakan sebagai jantungnya sebuah pementasan teater. Unsur internal ini sebagai berikut:

a. Naskah atau Skenario
Naskah atau juga Skenario berisi kisah itu dengan nama tokoh serta dialog nantinya akan dipentaskan. Naskah ini menjadi salah satu penunjang yang menyatukan segala macam unsur yang ada diantaranya pentas, pemain, kostum dan sutradara.

b. Pemain
Pemain adalah salah satu unsur yang paling penting di dalam sebuah pertunjukan teater. Pemain memiliki peran di dalam menghasilkan beberapa unsur lain, ialah seperti unsur suara serta gerak. Terdapat tiga jenis pemain, di antaranya peran utama (protagonis/antagonis), peran pembantu serta juga peran tambahan atau figuran. Di dalam film atau juga sinetron, pemain ini biasanya disebut juga dengan Aktris untuk perempuan, serta Aktor untuk laki-laki.

c. Sutradara
Sutradara ini adalah salah satu unsur yang paling sentral, disebabkan karna sutradara ini ialah orang yang memimpin serta juga mengatur sebuah teknik pembuatan atau juga pementasan teater. Sutradara ini menjadi otak dari alur dari sebuah cerita, misalnya seperti ialah menciptakan ide atau pemikiran mengenai pentas yang nanti akan digunakan mengarahkan semua aktor, membedah naskah, serta lain sebagainya.

d. Pentas
Pentas ini merupakan salah satu unsur yang mampu untuk bisa atau dapat menghadirkan nilai estetika dari sebuah pertunjukan. Selain dari itu, pentas tersebut menjadi unsur penunjang pertunjukkan yang di dalamnya itu terdapat tata lampu, properti, serta juga beberapa dekorasi lain yang berkenaan dengan suatu pentas.

e. Properti
Properti ini ialah sebuah perlengkapan yang diperlukan di dalam pementasan teater, seperti kursi, meja, robot, hiasan ruang, dekorasi, serta lain sebagainya.

f. Penataan (Tim Artistik)
Seluruh pekerja yang terkait itu dengan pementasan teater, antara lain sebagai berikut:
1) Tata rias ini merupakan cara mendandani pemain di dalam memerankan tokoh teater supaya lebih sesuai itu dengan karakter yang akan diperankan;
2) Tata busana ini ialah pengaturan pakaian pemain supaya mendukung keadaan yang menghendaki. Contohnya pakaian yang dikenakan anak sekolahan itu tentu akan berbeda dengan pakaian harian yang dikenakan pembantu rumah tangga;
3) Tata lampu ini ialah pencahayaan di panggung;
4) Tata suara ini ialah pengaturan pengeras suara.


2. Unsur Eksternal

Unsur eksternal merupakan unsur selanjutanya yang mengurus mengenai segala sesuatu yang berhubungan dengan hal-hal yang akan dibutuhkan atau diperlukan di dalam sebuah pementasan. Unsur eksternal ini di antaranya sebagai berikut:

a. Staf Produksi
Staf produksi ini merupakan sekelompok tim atau individual yang berkenaan itu dengan pimpinan produksi sampai seluruh bagian yang terdapt di bawahnya. Adapun tugas dari tiap-tiap dari mereka di antaranya sebagai berikut:
1) Produser/pimpinan produksi;
2) Mengurus semua hal tentang produksi;
3) Menetapkan anggaran biaya, fasilitas, program kerja personal (petugas), dan lain sebagainya.

b. Stage Manager
Tugas dari stage manager di antaranya sebagai berikut:
1) Pemimpin dan penanggung jawab panggung;
2) Membantu sutradara.

c. Desainer
Tugas dari desainer di antaranya sebagai berikut:
1) Menyiapkan segala macam aspek visual yang menyangkut, seperti menyiapkan properti.
2) Mengatur suasana atau juga tempat atau pun juga perlengkapan kostum, tata lampu pementasan, serta juga pencahayaan, serta perlengkapan pendukung lainnya seperti, audio.

d. Crew
Crew ini ialah pemegang divisi dari setiap sub yang dipegang bagian desainer, di antaranya sebagai berikut:
1) Bagian pentas/tempat;
2) Bagian tata lampu (lighting);
3) Bagian perlengkapan serta tata musik;


B. Nilai dan Konsep dalam Seni Teater

Nilai dan konsep yang ada di dalam seni teater ini sebagai berikut:
1. Nilai Seni Teater
Dalam pementasan sebuh teater banyak nilai yang dapat atau bisa diserap oleh penikmatnya. Nilai-nilai yang terkandung di dalam seni teater antara lain:

a. Nilai didik; Nilai-nilai yang menjadi landasan falsafah hidup, seperti nilai saling menhargai dan menghormati

b. Nilai sejarah; nilai yang membantu penonton mengenali dan mengetahui peristiwa dan sejarah masa lalu

c. Nilai budaya; Nilai budaya yang biasanya ditonjolkan dalam sebuah teater meliputi perilaku dramatis yang menggambarkan adat istiadat, perilaku, dan kebiasaan-kebiasaan hidup manusia di suatu daerah yang menjadi ciri khas daerah tersebut.

d. Nilai religius. Tersampaikan kepada penonton melalui pertunjukan yang menggambarkan kehidupan beragam dan erat hubungannya dengan peningkatan kepercayaan terhadap Tuhan

2. Konsep Seni Teater

Konsep dasar dari seni teater terdiri atas dua aspek, di antaranya aspek apresiasi dan kreasi. Namun, disebabkan karna keterbatasan SDM aspek yang lebih sering diajarkan berhubung dengan aspek apresiasi yang seharusnya aspek kreasi ini lebih dikedepankan.

Seni teater meliputi keterampilan olah pikir, olah rasa, olah suara dan olah tubuh, yang di dalam pementasannya tersebut memadukan seni peran, seni rupa, seni gerak,seni sastra, seni tari, dan seni musik.

C. Fungsi Seni Teater

1. Seni Teater Sebagai Ritual atau Upacara
Di dalam fungsi ritualnya, suatu peristiwa teater menjadi ajang penjelasan, penghayatan dan pengukuhan nilai-nilai kepercayaan atau agama yang dianut oleh masyarakat yang melaksanakannya. Sampai sekarang pada berbagai teater etnik unsur-unsur upacara tetap menonjol dengan dibicarakannya mantra-mantra, disediakannya sajen serta tindak upacara yang dilakukan baik oleh dalang maupun oleh pihak lain yang tidak terlibat langsung dalam pertunjukan.

2. Seni Teater Sebagai Seni atau Estetik
Di dalam peristiwa teater suatu masyarakat bukan saja mengungkapkan pikiran, perasaan, kecemasan, harapan dan sebagainya, akan tetapi juga menikmati bentuk-bentuk pengungkapan itu. Dalam peristiwa seperti itu, suatu masyarakat tidak hanya merasa puas dengan telah dapat mengungkapkan pengalamannya, akan tetapi mereka juga merasa puas atau tidak puas dalam hubungan dengan bentuk-bentuk ungkapan yang mereka gunakan.

3. Seni Teater Sebagai Hiburan
Dalam hubungan ini seni teater memenuhi keperluan masyarakat akan pengalaman yang berbeda dengan pengalaman mereka sehari-hari. Bahkan kadang-kadang memenuhi keperluan bagi masyarakat yang ingin melepaskan diri atau melarikan diri dari persoalan kehidupan mereka sehari-hari.

4. Seni Teater Sebagai Media Pendidikan
Teater ialah seni kolektif, di dalam artian teater ini tidak dikerjakan dengan secara individual. Melainkan untuk mewujudkannya itu kemudian diperlukan kerja tim yang harmonis. Apabila suatu teater ini dipentaskan, diharapkan pesan-pesan yang ingin disampaikan oleh penulis serta juga pemain itu tersampaikan kepada banyak penonton. Dengan melalui pertunjukan tersebut biasanya manusia kemudian akan lebih mudah mengerti nilai baik buruk kehidupan apabila dibandingkan itu hanya membaca lewat sebuah cerita.

5. Seni Teater Sebagai Media Ekspresi 
Teater ini ialah salah satu bentuk seni dengan fokus utama pada laku serta dialog. Berbeda dengan seni musik yang menitikberatkan pada aspek suara serta juga seni tari yang menitikberatkan pada keselarasan gerak serta juga irama. Di dalam praktiknya, Seniman teater tersebut kemudian akan mengekspresikan seninya di dalam bentuk gerakan tubuh serta juga ucapan-ucapan.

Jumat, 24 Januari 2025

Webinar Kombel Sahabat PembaTIK DIY

Menemukan Makna Baru dalam Pembelajaran: Catatan Saya dari Webinar “Personalisasi Pembelajaran dengan Deep Learning”


Di tengah arus perubahan pendidikan yang terus berkembang, saya merasa sangat bersyukur bisa menjadi bagian dari sebuah ruang belajar yang terbuka dan bermakna—Webinar Praktik Baik bertema “Personalisasi Pembelajaran dengan Deep Learning: Sebuah Pendekatan Baru” yang diselenggarakan oleh Komunitas Belajar Sahabat PembaTIK DIY pada tanggal 22 dan 24 Januari 2025.

Saya bergabung sebagai salah satu narasumber bersama empat rekan Duta Teknologi DIY lainnya, dalam kegiatan daring yang disiarkan melalui Google Meet dan live streaming YouTube Sahabat PembaTIK DIY. Meski dilakukan secara virtual, semangat belajar dan berbagi terasa sangat kuat.

Menjawab Tantangan: Bagaimana Membuat Pembelajaran Lebih Bermakna dan Personal?

Dalam sesi saya, saya mengangkat topik yang sejak lama menjadi perhatian saya sebagai guru: bagaimana kita bisa menghadirkan pembelajaran yang benar-benar menyentuh kebutuhan dan potensi setiap siswa?

Saya memulai dengan refleksi sederhana: kita hidup di zaman di mana akses informasi sangat luas, namun tidak semua siswa merasa "dikenali" dalam proses belajar. Di sinilah pendekatan deep learning dan personalisasi pembelajaran menjadi sangat penting.

Personalisasi Bukan Sekadar Diferensiasi

Saya mencoba menjelaskan bahwa personalisasi pembelajaran bukan sekadar membedakan tugas untuk siswa cepat dan lambat, tetapi lebih dalam dari itu: bagaimana kita mengenali minat, gaya belajar, latar belakang, dan tujuan belajar tiap siswa, lalu merancang pengalaman belajar yang sesuai.

Melalui pendekatan deep learning, kita mengajak siswa tidak hanya mengingat, tapi juga memahami, mengaitkan, dan merefleksikan. Saya membagikan beberapa praktik sederhana yang saya lakukan di kelas seni budaya, mulai dari proyek berbasis minat, refleksi kreatif, hingga integrasi teknologi seperti AI untuk memperkaya pemahaman siswa.

Kolaborasi yang Menguatkan

Yang paling mengesankan bagi saya dalam webinar ini adalah semangat kolaborasi antar Duta Teknologi DIY. Masing-masing narasumber membawa warna yang berbeda: ada yang membagikan praktik baik di mata pelajaran eksak, ada yang menyampaikan tentang teknologi pendukung, dan ada pula yang fokus pada pemanfaatan media interaktif.

Diskusi dengan peserta berlangsung aktif. Banyak guru bertanya bagaimana mengawali personalisasi di kelas yang jumlah siswanya banyak, atau bagaimana mengatur waktu untuk refleksi tanpa mengorbankan target kurikulum. Pertanyaan-pertanyaan ini menguatkan bahwa kita semua sedang dalam proses belajar yang sama.

Dampak Sebuah Webinar

Melalui live chat YouTube dan Google Meet, saya membaca banyak komentar yang penuh semangat:

“Terima kasih Bu Rini, jadi paham bahwa personalisasi itu bukan hanya membedakan tugas.”
“Terinspirasi dengan pendekatan deep learning yang tidak hanya teoritis.”
“Bisa dicoba langsung di kelas minggu depan!”

Bagi saya, itu adalah momen yang menguatkan: bahwa webinar ini bukan hanya sebuah sesi daring, tapi juga ruang tumbuh bersama.

Menutup dengan Harapan

Saya menutup sesi saya dengan keyakinan bahwa setiap guru bisa memulai personalisasi pembelajaran, dari langkah-langkah kecil: mengenal murid lebih dalam, memberi ruang untuk suara mereka, dan menghadirkan pembelajaran yang bermakna.

Terima kasih untuk Komunitas Belajar Sahabat PembaTIK DIY atas kesempatan luar biasa ini. Semoga kolaborasi, semangat, dan praktik baik seperti ini terus berlanjut, membentuk ekosistem pendidikan yang lebih manusiawi, reflektif, dan relevan.

Kamis, 23 Januari 2025

Teater (Part 4)

JENIS-JENIS TEATER


A. Jenis Teater Menurut Perkembangannya

1. Seni Teater Tradisional

Teater tradisi banyak mengungkap wacana kearifan lokal, sehingga merupakan sarana pewarisan ilmu hidup atau nilai-nilai kebaikan. Teater bisa menghibur sekaligus berperan sebagai wadah pendidikan moral masyarakat. Teater menjadi sendi penting di dalam membangun harmoni kehidupan bersama, termasuk membiasakan berdampingan dengan orang lain di lapangan yang berbeda suku, bahasa, adat istiadat dan agama saat menonton.

Teater tradisi tidak memisahkan antara pelaku dan penonton. Batasnya dikaburkan, sehingga sewaktu-waktu penonton langsung bisa menjadi bagian dari tontonan. Teater tradisi lekat pada ritual, adat, kebiasaan dan kebudayaan lokal (termasuk bahasa daerah). Kehidupannya masih bertaut pada konsep paguyuban atau kekeluargaan yang direkat oleh semangat gotong royong. Dalam teater tradisi, seni laku, tari, musik dan seni suara masih bersinergis saling melengkapi.

Seperti yang dijelaskan sebelumnya jika teater tradisional dibedakan menjadi beberapa jenis. Dimana setiap jenis teater tradisional tersebut memiliki pengertian yang berbeda-beda. Setidaknya ada tiga jenis teater tradisional, mulai dari teater rakyat, teater klasik dan teater transisi.
Berikut ini adalah penjelasan mengenai jenis teater tradisional tersebut.
a. Teater Rakyat

Teater rakyat adalah salah satu jenis teater tradisional. Teater rakyat bisa diartikan sebagai seni tari yang berkembang di wilayah Nusantara. Dimana setiap daerah memiliki jenis teater rakyat dengan ciri khas yang berbeda.
Jenis teater tradisional ini juga memiliki sifat yang lebih sederhana, spontan serta diisi dengan improvisasi guna menyatukan sesuai kebutuhan masyarakat. Contoh dari jenis teater tradisional ini adalah seperti Makyong dari riau, Jemblung dari Jawa Tengah, Kethoprak dari DIY, Drama Gong dari Bali, Randai dari Minangkabau, Mamanda dari Kalimantan Selatan dan lain sebagainya.


b. Teater Klasik

Lalu ada juga jenis teater tradisional lainnya seperti teater klasik. Dimana jenis klasik ini bisa diartikan sebagai teater tradisional yang segala sesuatunya sudah diatur terlebih dahulu. Baik itu dari segi cerita, pelaku yang sudah melalui latihan, gedung pertunjukan yang memadai serta tidak menyatu dengan penonton.

Sebenarnya bentuk-bentuk teater klasik kerap kita temui, namun tak semua orang tahu akan jenis teater tersebut. Sebagai contohnya adalah seperti wayang orang, wayang kulit, wayang golek dan lain sebagainya.

c. Teater Transisi

Ada juga teater transisi yang memiliki sumber dari teater tradisional namun gaya penyajiannya sudah mulai dipengaruhi oleh jenis teater barat. Sebagai contoh adalah komedi Istambul dan sandiwara Dardanella.

2. Seni Teater Modern

Teater modern mengambil pola barat sebagai referensi. Teater dipisahkan dari tari, seni suara dan musik. Kehadirannya adalah bagian dari produk kesenian yang menuju pada industri. Bentuk teater modern Indonesia yaitu teater modern konvensional, teater modern dengan pembaharuan dan teater modern kontemporer.

Teater modern yang konvensional menggunakan konsep, pola dasar, teknik dan penyajiannya tidak berubah dari teater barat hanya disesuaikan dengan alam dan menggunakan bahasa Indonesia. Teater modern dengan pembaharuan adalah teater yang mencoba memasukan unsur-unsur teater tradisional sebagai suatu gaya dalam pementasannya.

Seniman-seniman teater mulai mempertanyakan teater modern yang ada. Ada kesadaran baru yang dirasakan bahwa teater modern konvensional masih belum mantap sebagai teater nasional. Masyarakat teater Indonesia sadar bahwa di dalam dirinya ada teater tradisional yang harus dipertahankan. Adapun yang ketiga adalah teater modern yang kontemporer, yaitu teater yang mencoba mendobrak teater konvensional dan teater pembaruan. Seniman mencoba memadukan unsur-unsur yang ada di dunia untuk kepentingan teater.

B. Jenis Teater Menurut Bentuknya

Adapun jenis dari seni teater ini di antaranya sebagai berikut:
1. Teater Boneka

Pertunjukan boneka ini sudah atau telah dilakukan sejak Zaman Kuno. Sisa dari peninggalannya itu ditemukan di makam-makam seperti India Kuno, Mesir, serta Yunani. Boneka ini sering digunakan di dalam menceritakan legenda atau juga kisah-kisah yang sifatnya itu religius (keagamaan). Segala macam jenis boneka dimainkan itu dengan cara yang berbeda.

Boneka tangan ini dipakai oleh tangan sementara untuk boneka tongkat itu digerakkan itu dengan tongkat yang dipegang dari bawah. Marionette atau juga boneka tali digerakkan dengan cara menggerakkan kayu silang tempat tali boneka tersebut diikatkan.

Selain dari itu, contoh dari teater boneka yang cukup populer ialah pada pertujukan wayang kulit. Di dalam pertunjukan wayang kulit, wayang ini dimainkan di belakang layar tipis serta sinar lampu tersebut menciptakan bayangan wayang di layar. Penonton wanita duduk itu kemudian di depan layar, dan menonton bayangannya itu. Sedangkan untuk penonton pria duduk di belakang layar serta juga menonton wayang dengan secara langsung.

Selanjutnya, pertujukan Boneka Bunraku berasal dari Jepang itu mampu untuk melakukan banyak sekali gerakan sehingga kemudian diperlukan tiga dalang untuk dapat atau bisa menggerakkannya. Dalang kemudian berpakaian hitam serta duduk persis di depan penonton. Dalang utama kemudian mengendalikan kepala serta juga lengan kanan. Para pencerita bernyanyi serta melantunkan kisahnya.

2. Drama Musikal

Lakon musikal adalah jenis pertunjukan yang sebagian dialognya kadang dinyanyikan atau pada adegan tertentu peristiwanya menggunakan tarian yang diiringi dengan musik. Adegan tersebut tidak sekadar menampilkan tarian dan nyanyian saja, tetapi merupakan bagian peristiwa teater juga. Manurut N. Riantiarno (2011), dalam musikal, lagu dan musik adalah ekspresi utama dari emosi karakter.

Drama musikal ini adalah pertunjukan teater yang menggabungkan antara seni tari, musik, serta juga seni peran. Drama musikal ini lebih mengedepankan tiga unsur itu apabila dibandingkan dialog para pemainnya. Kualitas dari pemainnya itu tidak hanya dinilai pada penghayatan karakter dengan melalui untaian kalimat yang diucapkan namun juga dengan melalui keharmonisan lagu serta gerak tari.

Disebut sebagai drama musikal disebabkan karna di dalam pertunjukannya yang menjadi latar belakangnya itu merupakan kombinasi antara gerak tari, alunan musik, serta juga tata pentas. Contoh lakon musikal yang terkenal sering digelar di Broadway, New York, di antaranya: Phantom of the Opera, Lion King, Cats, dan Miss Saigon

Drama musikal yang cukup tersohor yakni kabaret serta opera. Perbedaan dari keduanya ini terletak di jenis musik yang digunakan. Opera adalah jenis pertunjukan teater yang keseluruhan dialog para aktornya disampaikan dengan teknik menyanyi yang berkualitas dan diiringi dengan musik orkestra serta juga lagu yang dinyanyikan ialah disebut seriosa.

Yang termasuk lakon opera misalnya:

a. Aida karya Verdi Figaro, dan
b. The Flying Dutchman karya Mozart.
Sedangkan di dalam drama musikal kabaret, jenis musik serta lagu yang dinyanyikan bebas serta biasa saja.

 3. Teater Dramatik

Istilah dramatik ini digunakan untuk dapat menyebut pertunjukan teater yang dengan berdasarkan pada dramatika lakon yang dipentaskan. Di dalam teater dramatik, perubahan karakter dengan secara psikologis ini sangat diperhatikan. Situasi cerita serta latar belakang kejadian ini dibuat sedetil mungkin.

Rangkaian cerita di dalam teater dramatik ini mengikuti alur plot itu dengan ketat. Fokus pertujukan teater dramatik ialah menarik minat serta rasa penonton terhadap situasi cerita yang disajikan. Di dalam teater dramatik, laku aksi pemain ini sangat ditonjolkan.
Satu peristiwa atau kejadian berkaitan dengan peristiwa lain kemudian membentuk keseluruhan cerita. Karakter yang disajikan di atas pentas ini ialah karakter tanpa improvisatoris. Teater dramatik ini mencoba mementaskan cerita seperti halnya realita.

4. Teatrikalisasi Puisi

Teatrikalisasi puisi ini adalah pertunjukan teater yang dibuat dengan berdasarkan karya sastra puisi. Karya puisi yang biasanya ini hanya dibacakan, di dalam teatrikal puisi dicoba untuk kemudian diperankan di atas pentas. Disebabkan bahan dasarnya ialah puisi maka teatrikalisasi puisi ini lebih mengedepankan estetika puitik di atas pentas. Gaya akting para pemain biasanya memiliki sifat teatrikal. Tata panggung serta blocking dirancang itu sedemikian rupa untuk dapat menegaskan makna puisi yang dimaksud.

Untuk teatrikalisasi puisi ini akan memberikan kesempatan bagi para seniman supaya bisa atau dapat mengekspresikan seluruh ide kreativitasnya itu di dalam menerjemahkan atau mengartikan makna dari suatu puisi itu ke dalam tampilan dari suatu lakon serta juga tata artistik pada atas pentas.

5. Teater Gerak

Teater gerak ini adalah suatu pertunjukan teater yakni dengan unsur utamanya ialah gerak serta juga ekspresi wajah para pemainnya. Di dalam pementasannya, penggunaan dialog ini sangat minimal atau juga bahkan dihilangkan ialah seperti dalam pertunjukan pantomim klasik.

Seiring itu dengan perkembangannya, pemain teater ini bisa atau dapat bebas bergerak itu dengan mengikuti suasana hati (untuk khusus karakter tertentu) bahkan lepas dari karakter tokoh ini dasarnya untuk dapat menarik minat penikmat. Dari kebebasan ekspresi gerak inilah suatu gagasan mementaskan pertunjukan itu dengan berbasis gerak dengan secara mandiri muncul.

Teater gerak yang paling populer serta juga bertahan sampai saat ini disebut dengan pantomim. Merupakan sebuah pertunjukan yang sunyi ini disebabkan oleh karna tidak menggunakan suara, pantomim tersebut mencoba untuk mengungkapkan ekspresinya itu dengan melalui tingkah laku gerak serta juga mimik dari para pemainnya. Makna pesan yang hendak direalisasikan pada pertunjukkan itu dalam bentuk gerak.

C. Menurut Genre Lakonnya

Sejak awal perkembangan teater, sudah ada banyak jenis lakon. Berikut adalah sejumlah jenis lakon yang sudah terkenal sejak zaman Yunani Kuno sampai pada abad modern saat ini.
1. Tragedi
Lakon tragedi merupakan kisah yang bukan saja menampilkan alur cerita kesedihan, tetapi juga mengguncang jiwa penonton. Penonton mengalami kengerian sekaligus merasakan belas kasihan. Melalui lakon tragedi ini, menurut Rendra (1993), penonton merasa menyadari betapa kecil dan rapuhnya jiwa manusia di hadapan kedahsyatan suratan takdir. Lakon jenis tragedi umumnya akan merangsang penonton mengalami penjernihan jiwa (katarsis). Berikut adalah beberapa lakon tragedi karya dramawan terkenal.

a. Trilogi Oedipus, yaitu Oedipus Sang Raja, Oedipus di Kolonus, dan Antigone karya Sophocles;
b. Macbeth, Hamlet, dan Romeo and Juliet karya William Shakespeare; dan
c. Death of a Salesman dan The Crucible karya Arthur Miller.

2. Komedi

Lakon komedi merupakan kisah yang penuh dengan kegembiraan, menimbulkan tawa dari tingkah laku para tokohnya, dan berakhir dengan keceriaan tetapi bukan pertunjukan lawak atau banyolan. Menurut Aristoteles, lakon komedi merupakan tiruan dari perilaku manusia biasa atau rakyat pada umumnya. Tingkah laku dalam lakon komedi merupakan perwujudan keburukan manusia saat menjalankan kehidupan sehingga mampu menumbuhkan tertawaan dan cemoohan sampai terjadi katarsis atau penyucian jiwa (Yudiaryani, 2002). Lakon komedi juga mengungkap cacat atau kelemahan karakter manusia dengan gaya yang dibuat lucu.

Berikut adalah beberapa lakon komedi karya dramawan terkenal.
a. Orang Kaya Baru dan Tartuffe karya Moliere,
b. Orang Kasar (saduran W.S. Rendra) karya Anton P. Chekhov, dan
c. A Midsummer Night’s Dream dan The Commedy of Errors karya William Shakespeare.

3. Tragikomedi

Lakon tragikomedi adalah perpaduan antara kisah tragis (tragedi) dan komedi. Kegembiraan dan kisah sedih membaur menjadi satu peristiwa. Lakon ini menampilkan kehidupan manusia yang penuh konlik dan dramatis, tetapi dikemas dalam adegan bergaya komedi, dengan tangis dan tawa berbaur (Riantiarno: 2011, 5).

Berikut adalah beberapa lakon tragikomedi karya dramawan terkenal.
a. Jas Panjang Pesanan (terjemahan Jim Lim dan Suyatna Anirun) karya Wolf Monkowitz, dan
b. Trilogi Opera Kecoa karya N. Riantiarno.

4. Melodrama

Menurut Herman J. Waluyo (2001), melodrama adalah lakon yang sangat sentimental, dengan tokoh dan cerita yang mendebarkan hati dan menimbulkan haru pada penonton. Jenis lakon ini berkembang pada awal abad ke-19. Istilah melodrama berasal dari bagian sebuah opera yang menggambarkan suasana sedih atau romantis dengan iringan musik (kata melos diturunkan dari kata melody atau lagu). 

Melodrama cukup populer apalagi dengan iringan musik yang memicu emosi/perasaan yang berlebih agar penonton dapat lebih merasakan suasana tontonannya. Kisahnya akan menguras air mata penonton karena adegan kesedihan yang kuat, walaupun tema yang disajikan sangat sederhana. Kesan suasana inilah yang kemudian berkembang menjadi jenis drama tersendiri.

Berikut adalah beberapa lakon melodrama karya dramawan terkenal.
a. Opera Primadona karya N. Riantiarno,
b. Uncle’s Tom Cabin karya Harriet Beecher Stowe, dan
c. The Octoroon karya Dion Boucicault.

Selasa, 21 Januari 2025

Workshop SPEGASA

Mengajar dengan Pemahaman: Catatan Saya dari Workshop SPEGASA di SMP Negeri 3 Samigaluh


Selasa, 21 Januari 2025, saya mendapatkan kehormatan untuk berbagi dalam sebuah kegiatan yang hangat dan bermakna bersama rekan-rekan guru SMP Negeri 3 Samigaluh. Kegiatan ini diselenggarakan oleh Komunitas Belajar SPEGASA dalam bentuk Workshop Peningkatan Kompetensi Guru, dengan tema “Memahami Konten dan Cara Mengajarkannya”.

Workshop berlangsung dari pukul 13.00 hingga 15.00 WIB, dan dibuka langsung oleh Bapak Setyo Budiyono, S.Pd., Kepala SMP Negeri 3 Samigaluh. Dalam sambutannya, beliau menyampaikan pentingnya guru memahami tidak hanya apa yang diajarkan, tetapi juga bagaimana cara mengajarkannya, sehingga pembelajaran menjadi lebih bermakna bagi peserta didik.

Refleksi Awal: Seberapa Paham Kita Akan Konten yang Kita Ajarkan?

Saya memulai sesi dengan survey ringan kepada peserta, menanyakan bagaimana mereka memahami konten pelajaran yang mereka ajarkan sehari-hari. Banyak guru menyampaikan bahwa meskipun sudah bertahun-tahun mengajar, mereka belum pernah benar-benar merenungkan bagaimana konten itu bisa disampaikan dengan lebih dalam dan kontekstual.
Dari situlah kami memulai perjalanan bersama hari itu.


Menelusuri Makna “Konten” dan Pentingnya Memahaminya

Saya menyampaikan pengantar tentang konten pembelajaran, tidak hanya sebagai kumpulan materi, tapi sebagai inti pengetahuan yang harus ditransformasikan menjadi pengalaman belajar. Kami mendiskusikan syarat-syarat guru memahami konten secara utuh—mulai dari penguasaan konsep, struktur keilmuan, keterkaitannya dengan kehidupan nyata, hingga cara membangun jembatan antara konten dan cara mengajarkannya.

Peserta juga diajak untuk memahami mengapa guru perlu lebih dari sekadar "menyampaikan materi". Karena pada hakikatnya, guru adalah penyampai makna, bukan hanya informasi.

Strategi Mengajar yang Efektif dan Deep Learning

Bagian selanjutnya kami fokuskan pada strategi pembelajaran efektif dan bagaimana guru bisa mengajar dengan pendekatan deep learning. Saya menekankan bahwa deep learning bukan hanya tentang kedalaman materi, tapi juga tentang bagaimana siswa berpikir, terlibat secara emosional, dan membangun pemahaman jangka panjang.

Kami berdiskusi tentang pendekatan yang mengaktifkan siswa, seperti pertanyaan pemantik, pembelajaran berbasis masalah, dan refleksi belajar. Saya sangat senang melihat antusiasme peserta yang mulai merancang ide-ide sederhana namun berdampak untuk diterapkan di kelas masing-masing.

Refleksi yang Menggugah

Di akhir kegiatan, kami melakukan sesi refleksi terbuka. Banyak guru menyampaikan bahwa sesi ini membuka sudut pandang baru, bahwa konten bukan hanya milik buku teks, melainkan harus diolah dengan cara yang kontekstual dan relevan dengan siswa.

“Selama ini saya mengajar sesuai buku. Tapi hari ini saya sadar, memahami konten secara mendalam itu adalah kunci agar pembelajaran kita bisa masuk ke hati dan pikiran siswa,” ungkap salah satu peserta dengan semangat.

Menutup Hari dengan Semangat Baru

Saya pulang dari SMP Negeri 3 Samigaluh dengan hati yang hangat. Energi dari para guru dan komunitas SPEGASA benar-benar menginspirasi. Semoga semangat untuk terus belajar, memahami, dan mengembangkan cara mengajar ini menjadi langkah awal menuju kelas-kelas yang lebih hidup, reflektif, dan memerdekakan siswa dalam berpikir.

Terima kasih, keluarga besar SMP Negeri 3 Samigaluh, atas undangan dan ruang kolaboratif yang luar biasa ini. Mari terus tumbuh bersama.



Kamis, 16 Januari 2025

Teater (Part 3)

 Struktur Alur dalam Lakon


A. Pengertian Alur Cerita menurut para Ahli

1. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)

Menurut KBBI, alur cerita adalah plot yang artinya jalan atau alur cerita yang terdapat di dalam novel, sandiwara, dan sebagainya.

2. Literary Terms

Menurut Literary Terms, pengertian alur cerita adalah bagaimana cerita berkembang, terungkap, dan bergerak dalam waktu.

3. Andri Wicaksono (2014)

Menurut Andri Wicaksono, alur cerita merupakan konstruksi yang dibuat mengenai sebuah deretan peristiwa secara logik dan kronologik yang saling berkaitan dan diakibatkan atau dialami oleh para pelaku.

4. M. Antar Semi (1988)

M. Antar Semi mengungkapkan pengertian alur cerita adalah struktur rangkaian kejadian dalam cerita yang disusun sebagai sebuah interelasi fungsional yang sekaligus menandai urutan bagian-bagian dalam keseluruhan fiksi.

5. Aminudin (2002)

Aminudin berpendapat bahwa pengertian alur cerita atau plot adalah rangkaian cerita yang dibentuk oleh tahapan-tahapan peristiwa sehingga menjalin suatu cerita yang dihadirkan oleh para pelaku dalam suatu cerita.

6. Sudjiman (1986)

Sudjiman berpendapat bahwa pengertian alur cerita adalah rangkaian peristiwa di jalin dengan seksama yang menggerakkan jalan cerita melalui rumitan ke arah klimaks dan anti-klimaks. Dengan kata lain, pengertian alur cerita adalah jalinan peristiwa di dalam kartya sastra untuk mencapai efek tertentu. Alur diwujudkan oleh hubungan temporal atau waktu dan hubungan kausal atau sebab akibat.

7. Forster (1970)

Menurut Forster, pengertian alur cerita adalah rentetan peristiwa yang menekankan pada hubungan akibat.

8. Chatman (1980)

Chatman berpendapat bahwa pengertian alur cerita adalah tata urutan pemunculan peristiwa-peristiwa dalam cerita.

9. Stanton (1965)

Stanton berpendapat bahwa pengertian alur cerita atau plot adalah cerita yang berisi urutan kejadian, namun setiap kejadian itu hanya dihubungkan secara sebab akibat peristiwa yang satu disebabkan atau menyebabkan terjadinya peristiwa lain.

10. Kenny (1966)

Menurut Kenny, pengertian alur cerita atau plot adalah peristiwa-peristiwa yang ditampilkan di dalam cerita yang tidak bersifat sederhana, karena pengarang menyusun peristiwa-peristiwa itu berdasarkan kaitan sebab akibat.

11. Rusyana

Sementara itu, Rusyana berpendapat bahwa pengertian alur cerita bukan sekadar urutan cerita A sampai Z, melainkan hubungan sebab akibat peristiwa yang satu dengan peristiwa yang lain di dalam cerita.

12. Virgil Scoh (1966)

Virgil Scoh mendefinisikan pengertian alur cerita sebagai prinsip esensial di dalam cerita.

13. Morjorie Boulton (1975)

Menurut Morjorie Boulton, pengertian alur cerita adalah pengorganisasian di dalam novel atau penentu struktur novel.

14. Dick Hartoko (1948)

Dick Hartono mengungkapkan pendapatnya tentang pengertian alur cerita sebagai alur yang dibuat oleh penulis berupa deretan peristiwa secara kronologis, saling berkaitan, dan bersifat kausalitas sesuai dengan apa yang dialami pelaku cerita.

 B. Macam-Macam Alur Cerita yang Sering digunakan

Setelah memahami pengertian alur cerita, kini perlu mengenal juga apa saja jenis-jenis alur cerita. Secara umum, alur cerita dapat diklasifikasikan menjadi tujuh jenis, yaitu alur maju, alur mundur, alur campuran, alur sorot balik, alur klimaks, alur anti-klimaks, dan alur kronologis. Berikut detailnya!

1. Alur Maju
Alur maju di dalam pengertian alur cerita atau yang biasa disebut progresif adalah tindakan yang memuncak pada akhir cerita. Alur maju adalah serangkaian peristiwa yang dimulai secara teratur dari awal hingga akhir cerita.
Contoh alur maju, misalnya cerpen yang menceritakan masa kecil seorang anak yang kemudian tumbuh dewasa dan berakhir ketika ia tua. Diceritakan pula bagaimana konflik yang ia hadapi selama hidupnya.

2. Alur Mundur
Alur mundur atau regresi merupakan tindakan yang menceritakan masa lalu dari tokoh di dalam cerita. Pengertian alur cerita mundur ini justru konfliknya disampaikan di awal cerita dan kemudian mundur ke masa lalunya. Serangkaian peristiwa dalam refluks dimulai dari masa lalu ke masa kini dengan waktu yang tidak tepat.
Contoh alur mundur adalah cerita pensiunan polisi yang menceritakan kisahnya berjuang selama menjadi anggota polisi.

3. Alur Campuran
Pengertian alur cerita berdasarkan kronologis cerita yang terakhir yakni alur campuran. Alur campuran atau alur bolak-balik ini seperti sungai yang dimulai di titik paling tinggi, kemudian menceritakan masa lalu dan berlanjut sampai selesai.
Saat menceritakan masa lalunya, karakter tokoh yang diperkenalkan di dalam cerita akan memperkenalkan karakter lain selama cerita belum berakhir dan saat cerita kembali ke awal lagi. Contoh alur campuran adalah sebuah cerita yang dimulai di tengah-tengah cerita dan kemudian maju atau mundur.

4. Alur Sorot Balik (Flashback)
Alur sorot balik atau flashback merupakan alur yang terjadi karena pengarang mendahulukan akhir cerita dan setelah itu kembali ke awal cerita. Pengarang biasanya memulai ceritanya dari klimaks menuju kembali ke awal cerita dan ke akhir cerita lagi.
Tahapan yang terjadi pada alur sorot balik ini dimulai dari klimaks – anti-klimaks – akhir – peruwitan – awal.

5. Alur Klimaks
Alur klimaks adalah susunan peristiwa menanjak dari peristiwa biasa yang meningkat menjadi penting dan lebih menegangkan dibandingkan sebelumnya.

6. Alur Anti-klimaks
Alur cerita anti-klimaks adalah alur cerita yang susunan peristiwanya makin menurun dari peristiwa menegangkan kemudian menjadi kendor dan berakhir dengan peristiwa yang semakin biasa saja.

7. Alur Kronologis 
Alur cerita kronologis adalah alur yang susunan peristiwanya berjalan sesuai dengan urutan waktu terjadinya peristiwa. Di dalam alur ini, terdapat hitungan jam, menit, detik, hari, dan lain sebagainya.

C. Struktur Alur Cerita

Untuk membangun pengertian alur cerita yang utuh, diperlukan unsur-unsur di dalam alur cerita dan bagaimana alur cerita seharusnya terjadi di dalam sebuah peristiwa pada karya sastra. Berikut ini merupakan unsur-unsur alur cerita atau tahapan alur cerita dari awal sampai akhir.
Struktur Aristoteles dikembangkan oleh Gustav Fraytag dan Hudson dalam bentuk dramatic line (garis dramatik).


1. Eksposisi (Exposition)

Eksposisi merupakan awal dari sebuah cerita atau permulaan cerita, biasanya berupa pengenalan dan berisi penjelasan peristiwa dengan maksud menuntun penonton pada situasi agar diketahui semua yang ada di dalamnya. Bagian ini harus jelas dan menarik untuk terus diikuti.

Tahapan awal ini juga disebut sebagai Orientasi atau pengenalan tokoh, pada pengertian alur cerita dimulai dari orientasi atau pengenalan tokoh. Pada tahap orientasi ini, penulis memperkenalkan siapa saja tokoh yang ada di dalam cerita yang ditulis. Selain itu, juga ditunjukkan unsur dasar cerita, misalnya waktu kejadian cerita tersebut terjadi, di mana latar tempat cerita tersebut, dan bagaimana suasananya.

Tujuan disusunnya orientasi ini agar pembaca mengetahui siapa yang memerankan tokoh di dalam alur cerita tersebut serta di mana tempat cerita tersebut berlangsung, serta bagaimana suasana yang berusaha dibangun penulis di dalam tulisannya.

2. Penanjakan Cerita (Rising Action)

Setelah mengenal tokoh, lokasi, dan lain sebagainya lalu masuk ke tahap permulaan konflik. Tahap permulaan konflik atau tahap kedua ini baru akan dimunculkan bagaimana konflik terjadi dan apa penyebab terjadinya konflik. Umumnya, konflik timbul karena adanya pertentangan antartokoh atau bisa juga disebabkan karena tokoh utama mengalami masalah.

Bagian ini ditandai dengan mulai tumbuhnya laku, satu titik konlik mulai terjadi, dan kekuatan sebagai pendorong yang menjadi benih-benih konlik berikutnya. Bagian ini umumnya ditandai oleh satu kekuatan keinginan dan tujuan dari tokoh utama yang akan mencari jalan untuk mencapai tujuannya.

Permulaan konflik di dalam cerita inilah yang akan membuat pembaca penasaran sehingga ingin mengetahui lebih lanjut bagaimana ceritanya. Pembaca biasanya juga akan semakin bertanya-tanya konflik apa yang sekiranya dialami tokoh sebagai lanjutan ceritanya. Tahap permulaan konflik ini mendorong pembaca melanjutkan cerita dengan konflik yang lebih rumit.

3. Komplikasi (Complication)

Komplikasi berisi konflik dan pengembangannya menuju titik klimaks. Hal ini ditandai dengan keruwetan-keruwetan yang dibangun oleh watak tokoh-tokohnya untuk mempertahankan tujuannya.

4. Klimaks (Climax)

Klimaks merupakan keruwetan yang ada pada ujung komplikasi dan melahirkan sebuah krisis. Krisis terus meninggi yang akhirnya menjadi suatu peristiwa yang tidak bisa dielakkan sehingga keadaan menjadi kacau yang berakibat salah satu atau beberapa pihak mengalami penderitaan. Klimaks harus tumbuh dari tokoh utama yang berujung pada keseluruhan laku. Pada titik ini, peristiwa biasanya cukup menegangkan.

Tahap pengertian alur cerita konflik ini menceritakan bagaimana titik puncak konflik di dalam cerita terjadi. Bagian ini biasanya paling ditunggu-tunggu oleh pembaca dan membuat pembaca akan bertahan lama membaca ketika konfliknya menarik atau menegangkan.

Biasanya, klimaks dari konflik ini dialami oleh pemeran utama yang menimbulkan ketegangan dan pemecahan masalah apa yang kemudian ia lakukan. Dampaknya, tentu saja membuat pembaca lebih penasaran dan menyimak cerita.

5. Penurunan Cerita (Falling Action)

Bagian ini ditandai dengan pilihan tokoh-tokohnya untuk menentukan nasibnya setelah terjadi peristiwa yang menegangkan.

Setelah diceritakan mengenai puncak konflik atau klimaks, bagian selanjutnya adalah tahapan konflik mereda atau menurun (Anti-Klimaks). Di dalam tahap ini, tokoh utama mulai mengetahui bagaimana cara mengatasi konflik yang sedang berlangsung. Ketegangan yang disaksikan oleh pembaca di sini sedikit mereda dan biasanya akan berubah menjadi kagum pada tokoh utama.

Pasalnya, biasanya di tahap ini tokoh utama diceritakan mampu menghadapi masalah, baik dengan cara yang terduga maupun tidak terduga. Suasana pada tahapan anti-klimaks ini seringkali tidak bisa ditebak oleh pembaca.

6. Penyelesaian (Conclusion)

Pada bagian ini, biasanya muncul tokoh lain yang memiliki posisi penting (tokoh sentral), yang bisa menggiring peristiwa yang kacau tadi ke arah perubahan situasi tokoh-tokoh yang berhadapan dengan masalah masing-masing. Peristiwa yang sejak mula dibangun oleh para tokohnya menjadi mereda dan dapat berujung pada penyadaran para pelaku dalam lakon tersebut.

Tahap pengertian alur cerita penyelesaian adalah tahap terakhir yang berisi berbagai masalah dan rintangan yang dialami tokoh utama sudah berhasil diselesaikan dengan baik. Jika tidak ada konflik lain, biasanya penulis membuat cerita tahap penyelesaian dan pembaca bisa langsung menyimpulkan kesan di tahap ini.

Di tahap penyelesaian, penulis juga seringkali menyisipkan pesan atau amanat yang dapat dipetik oleh pembaca.




Kamis, 09 Januari 2025

Teater (Part 2)

Dramaturgi



A. Dramaturgi

Pada pengertian harfiahnya dramaturgi adalah ilmu drama. Pelajaran tentang kaidah-kaidah berteater. Teater yang kompleks diurai berdasarkan norma dan hukum konvensinya. Teater dipelajari sebagai bentuk seni yang kompleks karena unsur penopangnya berasal dari ragam bentuk seni lainnya, seperti seni tari, seni rupa, musik, dan bahkan multimedia. Pada pemahaman lain, dramaturgi diartikan sebagai teori yang mempelajari tingkah laku kehidupan manusia sehari-hari yang tak jauh berbeda dengan pertunjukan teater. Terkait dengan pemahaman itu, substansi dramatik lakon teater memang tidak berbeda dengan kehidupan sehari-hari masyarakat.

Dasar drama adalah konflik kemanusiaan yang selalu menguasai perhatian dan minat publik (Nur Iswantara, 2016: 4). Dramaturgi juga berhubungan dengan ilmu sosial komunikasi. Pada pengertian ini, kehidupan manusia sehari-hari layaknya permainan drama atau teater. Bagaimana dalam kehidupan sehari-hari manusia menjalankan perannya sebagai petani, karyawan, pelajar, guru, anak, orang tua, dan aneka ragam peran dan profesi lainnya. Setiap grup teater akan memiliki karakter penampilannya ketika grup tersebut memegang teguh konsep dramaturgi yang dipilihnya. Keteguhan pada pilihan konsep dramaturgi dipengaruhi oleh proses kreatif sebuah grup teater mulai dari sumber gagasan atau ide lakon yang akan diusungnya, bagaimana mengolah gagasan menjadi lakon, memproses lakon menjadi permainan atau pementasan, sampai kepada bagaimana mendatangkan penonton. Melalui proses kreatif seperti itulah, pembelajaran teater untuk siswa kelas 10 ini akan dilakukan.

Pada perkembangannya, dramaturgi dipahami sebagai bagian dari konsep penyutradaraan. Sebagai konsep penyutradaraan, dramaturgi menjadi penciri pada setiap penampilan grup teater baik pada pendekatan lakon maupun pada penyajian bentuk pementasannya. Setiap grup teater akan memiliki karakter penampilannya ketika grup tersebut memegang teguh konsep dramaturgi yang dipilihnya. Keteguhan pada pilihan konsep dramaturgi dipengaruhi oleh proses kreatif sebuah grup teater mulai dari sumber gagasan atau ide lakon yang akan diusungnya, bagaimana mengolah gagasan menjadi lakon, memproses lakon menjadi permainan atau pementasan, sampai kepada bagaimana mendatangkan penonton. Melalui proses kreatif seperti itulah, pembelajaran teater untuk siswa kelas 10 ini akan dilakukan.

B. Perbedaan Drama dan Teater

C. Teater sebagai Cerminan Masyarakat

Pada masyarakat tradisional kuno, teater memang erat kaitannya dengan ritual kepercayaan masyarakat dalam melakukan pemujaan. Namun dalam perkembangannya teater menjadi cermin kehidupan masyarakat pada semua dimensi kehidupan manusia, baik yang terkait dengan ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya, maupun pendidikan dan agama. Pada akhirnya, teater dapat menampilkan lakon yang merefleksikan kehidupan masyarakat pada semua dimensinya. Teater, melalui kemampuan akting pemain, menghadirkan pengalaman manusia, baik pengalaman luar (lahiriah) maupun pengalaman dalam (batiniah) manusia. 

Dalam proses penciptaan pertunjukan teater, seorang sutradara selalu berupaya untuk menghidupkan suasana pemanggungan sehingga berbentuk tontonan teater yang mengasyikkan bagi yang menontonnya. Pemanggungan teater tidak melulu menampilkan kepiawaian aktor dalam berakting sebagai hal yang utama untuk menyampaikan pesan, tetapi ada unsur pendukung lainnya sebagai pelengkap wujud pertunjukan tersebut. Unsur seni rupa seperti set dekor panggung, tata rias, tata busana, tata musik, dan tata cahaya yang akan membuat teater memiliki daya takjub sehingga mampu menghipnotis para penontonnya. Hal ini dapat menjadi alasan bahwa teater lebih kompleks untuk menciptakan keindahannya dari seni lainnya.

Walau berakting adalah permainan pura-pura, sebagai cermin masyarakat, teater tidak berpura-pura dalam memberikan pesannya melalui permainan aktor. Teater adalah salah satu bentuk seni yang sarat dengan unsur pendidikan. Sebagaimana yang dinyatakan Gus Dur: “Teater tidak mengajarkan orang berpura-pura, tapi melatih orang sungguh-sungguh untuk menghadirkan atau pribadi orang lain” (Gusdur dalam Wijaya., 42). 

Dari petikan di atas sangat cocok jika siswa mempelajari teater sebagai bagian dari pembelajaran di sekolah sehingga siswa akan mendapatkan pembelajaran tentang kehidupan di masyarakat lingkungannya. Tingkah laku, sikap sosialisasi, cara bertutur, kepekaan sekitar, toleran, jujur, ikhlas, dan kerja sama. Siswa juga harus mampu membuat pertunjukan teater yang baik dii sekolah dengan menulis naskah lakon yang temanya bisa dijadikan contoh, misalnya persahabatan lain suku, sehingga masyarakat bisa bercermin dari pertunjukan teater tersebut.

Catatan Saya dari Workshop di SMANCA

Belajar Bersama AI: Catatan Saya dari Workshop di SMA Negeri Cangkringan Senin pagi, 16 Juni 2025, saya mendapatkan kesempatan istimewa untu...