JENIS-JENIS TEATER
Teater tradisi banyak mengungkap wacana kearifan lokal, sehingga merupakan sarana pewarisan ilmu hidup atau nilai-nilai kebaikan. Teater bisa menghibur sekaligus berperan sebagai wadah pendidikan moral masyarakat. Teater menjadi sendi penting di dalam membangun harmoni kehidupan bersama, termasuk membiasakan berdampingan dengan orang lain di lapangan yang berbeda suku, bahasa, adat istiadat dan agama saat menonton.
Teater tradisi tidak memisahkan antara pelaku dan penonton. Batasnya dikaburkan, sehingga sewaktu-waktu penonton langsung bisa menjadi bagian dari tontonan. Teater tradisi lekat pada ritual, adat, kebiasaan dan kebudayaan lokal (termasuk bahasa daerah). Kehidupannya masih bertaut pada konsep paguyuban atau kekeluargaan yang direkat oleh semangat gotong royong. Dalam teater tradisi, seni laku, tari, musik dan seni suara masih bersinergis saling melengkapi.
Seperti yang dijelaskan sebelumnya jika teater tradisional dibedakan menjadi beberapa jenis. Dimana setiap jenis teater tradisional tersebut memiliki pengertian yang berbeda-beda. Setidaknya ada tiga jenis teater tradisional, mulai dari teater rakyat, teater klasik dan teater transisi.
Berikut ini adalah penjelasan mengenai jenis teater tradisional tersebut.
a. Teater Rakyat
Teater rakyat adalah salah satu jenis teater tradisional. Teater rakyat bisa diartikan sebagai seni tari yang berkembang di wilayah Nusantara. Dimana setiap daerah memiliki jenis teater rakyat dengan ciri khas yang berbeda.
Jenis teater tradisional ini juga memiliki sifat yang lebih sederhana, spontan serta diisi dengan improvisasi guna menyatukan sesuai kebutuhan masyarakat. Contoh dari jenis teater tradisional ini adalah seperti Makyong dari riau, Jemblung dari Jawa Tengah, Kethoprak dari DIY, Drama Gong dari Bali, Randai dari Minangkabau, Mamanda dari Kalimantan Selatan dan lain sebagainya.
b. Teater Klasik
Lalu ada juga jenis teater tradisional lainnya seperti teater klasik. Dimana jenis klasik ini bisa diartikan sebagai teater tradisional yang segala sesuatunya sudah diatur terlebih dahulu. Baik itu dari segi cerita, pelaku yang sudah melalui latihan, gedung pertunjukan yang memadai serta tidak menyatu dengan penonton.
Sebenarnya bentuk-bentuk teater klasik kerap kita temui, namun tak semua orang tahu akan jenis teater tersebut. Sebagai contohnya adalah seperti wayang orang, wayang kulit, wayang golek dan lain sebagainya.
c. Teater Transisi
Ada juga teater transisi yang memiliki sumber dari teater tradisional namun gaya penyajiannya sudah mulai dipengaruhi oleh jenis teater barat. Sebagai contoh adalah komedi Istambul dan sandiwara Dardanella.
Teater modern mengambil pola barat sebagai referensi. Teater dipisahkan dari tari, seni suara dan musik. Kehadirannya adalah bagian dari produk kesenian yang menuju pada industri. Bentuk teater modern Indonesia yaitu teater modern konvensional, teater modern dengan pembaharuan dan teater modern kontemporer.
Teater modern yang konvensional menggunakan konsep, pola dasar, teknik dan penyajiannya tidak berubah dari teater barat hanya disesuaikan dengan alam dan menggunakan bahasa Indonesia. Teater modern dengan pembaharuan adalah teater yang mencoba memasukan unsur-unsur teater tradisional sebagai suatu gaya dalam pementasannya.
Seniman-seniman teater mulai mempertanyakan teater modern yang ada. Ada kesadaran baru yang dirasakan bahwa teater modern konvensional masih belum mantap sebagai teater nasional. Masyarakat teater Indonesia sadar bahwa di dalam dirinya ada teater tradisional yang harus dipertahankan. Adapun yang ketiga adalah teater modern yang kontemporer, yaitu teater yang mencoba mendobrak teater konvensional dan teater pembaruan. Seniman mencoba memadukan unsur-unsur yang ada di dunia untuk kepentingan teater.
B. Jenis Teater Menurut Bentuknya
Pertunjukan boneka ini sudah atau telah dilakukan sejak Zaman Kuno. Sisa dari peninggalannya itu ditemukan di makam-makam seperti India Kuno, Mesir, serta Yunani. Boneka ini sering digunakan di dalam menceritakan legenda atau juga kisah-kisah yang sifatnya itu religius (keagamaan). Segala macam jenis boneka dimainkan itu dengan cara yang berbeda.
Boneka tangan ini dipakai oleh tangan sementara untuk boneka tongkat itu digerakkan itu dengan tongkat yang dipegang dari bawah. Marionette atau juga boneka tali digerakkan dengan cara menggerakkan kayu silang tempat tali boneka tersebut diikatkan.
Selain dari itu, contoh dari teater boneka yang cukup populer ialah pada pertujukan wayang kulit. Di dalam pertunjukan wayang kulit, wayang ini dimainkan di belakang layar tipis serta sinar lampu tersebut menciptakan bayangan wayang di layar. Penonton wanita duduk itu kemudian di depan layar, dan menonton bayangannya itu. Sedangkan untuk penonton pria duduk di belakang layar serta juga menonton wayang dengan secara langsung.
Selanjutnya, pertujukan Boneka Bunraku berasal dari Jepang itu mampu untuk melakukan banyak sekali gerakan sehingga kemudian diperlukan tiga dalang untuk dapat atau bisa menggerakkannya. Dalang kemudian berpakaian hitam serta duduk persis di depan penonton. Dalang utama kemudian mengendalikan kepala serta juga lengan kanan. Para pencerita bernyanyi serta melantunkan kisahnya.
Lakon musikal adalah jenis pertunjukan yang sebagian dialognya kadang dinyanyikan atau pada adegan tertentu peristiwanya menggunakan tarian yang diiringi dengan musik. Adegan tersebut tidak sekadar menampilkan tarian dan nyanyian saja, tetapi merupakan bagian peristiwa teater juga. Manurut N. Riantiarno (2011), dalam musikal, lagu dan musik adalah ekspresi utama dari emosi karakter.
Drama musikal ini adalah pertunjukan teater yang menggabungkan antara seni tari, musik, serta juga seni peran. Drama musikal ini lebih mengedepankan tiga unsur itu apabila dibandingkan dialog para pemainnya. Kualitas dari pemainnya itu tidak hanya dinilai pada penghayatan karakter dengan melalui untaian kalimat yang diucapkan namun juga dengan melalui keharmonisan lagu serta gerak tari.
Disebut sebagai drama musikal disebabkan karna di dalam pertunjukannya yang menjadi latar belakangnya itu merupakan kombinasi antara gerak tari, alunan musik, serta juga tata pentas. Contoh lakon musikal yang terkenal sering digelar di Broadway, New York, di antaranya: Phantom of the Opera, Lion King, Cats, dan Miss Saigon
Drama musikal yang cukup tersohor yakni kabaret serta opera. Perbedaan dari keduanya ini terletak di jenis musik yang digunakan. Opera adalah jenis pertunjukan teater yang keseluruhan dialog para aktornya disampaikan dengan teknik menyanyi yang berkualitas dan diiringi dengan musik orkestra serta juga lagu yang dinyanyikan ialah disebut seriosa.
Yang termasuk lakon opera misalnya:
a. Aida karya Verdi Figaro, dan
b. The Flying Dutchman karya Mozart.
Sedangkan di dalam drama musikal kabaret, jenis musik serta lagu yang dinyanyikan bebas serta biasa saja.
3. Teater Dramatik
Istilah dramatik ini digunakan untuk dapat menyebut pertunjukan teater yang dengan berdasarkan pada dramatika lakon yang dipentaskan. Di dalam teater dramatik, perubahan karakter dengan secara psikologis ini sangat diperhatikan. Situasi cerita serta latar belakang kejadian ini dibuat sedetil mungkin.
Rangkaian cerita di dalam teater dramatik ini mengikuti alur plot itu dengan ketat. Fokus pertujukan teater dramatik ialah menarik minat serta rasa penonton terhadap situasi cerita yang disajikan. Di dalam teater dramatik, laku aksi pemain ini sangat ditonjolkan.
Satu peristiwa atau kejadian berkaitan dengan peristiwa lain kemudian membentuk keseluruhan cerita. Karakter yang disajikan di atas pentas ini ialah karakter tanpa improvisatoris. Teater dramatik ini mencoba mementaskan cerita seperti halnya realita.
Teatrikalisasi puisi ini adalah pertunjukan teater yang dibuat dengan berdasarkan karya sastra puisi. Karya puisi yang biasanya ini hanya dibacakan, di dalam teatrikal puisi dicoba untuk kemudian diperankan di atas pentas. Disebabkan bahan dasarnya ialah puisi maka teatrikalisasi puisi ini lebih mengedepankan estetika puitik di atas pentas. Gaya akting para pemain biasanya memiliki sifat teatrikal. Tata panggung serta blocking dirancang itu sedemikian rupa untuk dapat menegaskan makna puisi yang dimaksud.
Untuk teatrikalisasi puisi ini akan memberikan kesempatan bagi para seniman supaya bisa atau dapat mengekspresikan seluruh ide kreativitasnya itu di dalam menerjemahkan atau mengartikan makna dari suatu puisi itu ke dalam tampilan dari suatu lakon serta juga tata artistik pada atas pentas.
Teater gerak ini adalah suatu pertunjukan teater yakni dengan unsur utamanya ialah gerak serta juga ekspresi wajah para pemainnya. Di dalam pementasannya, penggunaan dialog ini sangat minimal atau juga bahkan dihilangkan ialah seperti dalam pertunjukan pantomim klasik.
Seiring itu dengan perkembangannya, pemain teater ini bisa atau dapat bebas bergerak itu dengan mengikuti suasana hati (untuk khusus karakter tertentu) bahkan lepas dari karakter tokoh ini dasarnya untuk dapat menarik minat penikmat. Dari kebebasan ekspresi gerak inilah suatu gagasan mementaskan pertunjukan itu dengan berbasis gerak dengan secara mandiri muncul.
Teater gerak yang paling populer serta juga bertahan sampai saat ini disebut dengan pantomim. Merupakan sebuah pertunjukan yang sunyi ini disebabkan oleh karna tidak menggunakan suara, pantomim tersebut mencoba untuk mengungkapkan ekspresinya itu dengan melalui tingkah laku gerak serta juga mimik dari para pemainnya. Makna pesan yang hendak direalisasikan pada pertunjukkan itu dalam bentuk gerak.
C. Menurut Genre Lakonnya
Lakon tragedi merupakan kisah yang bukan saja menampilkan alur cerita kesedihan, tetapi juga mengguncang jiwa penonton. Penonton mengalami kengerian sekaligus merasakan belas kasihan. Melalui lakon tragedi ini, menurut Rendra (1993), penonton merasa menyadari betapa kecil dan rapuhnya jiwa manusia di hadapan kedahsyatan suratan takdir. Lakon jenis tragedi umumnya akan merangsang penonton mengalami penjernihan jiwa (katarsis). Berikut adalah beberapa lakon tragedi karya dramawan terkenal.
a. Trilogi Oedipus, yaitu Oedipus Sang Raja, Oedipus di Kolonus, dan Antigone karya Sophocles;
b. Macbeth, Hamlet, dan Romeo and Juliet karya William Shakespeare; dan
c. Death of a Salesman dan The Crucible karya Arthur Miller.
2. Komedi
Lakon komedi merupakan kisah yang penuh dengan kegembiraan, menimbulkan tawa dari tingkah laku para tokohnya, dan berakhir dengan keceriaan tetapi bukan pertunjukan lawak atau banyolan. Menurut Aristoteles, lakon komedi merupakan tiruan dari perilaku manusia biasa atau rakyat pada umumnya. Tingkah laku dalam lakon komedi merupakan perwujudan keburukan manusia saat menjalankan kehidupan sehingga mampu menumbuhkan tertawaan dan cemoohan sampai terjadi katarsis atau penyucian jiwa (Yudiaryani, 2002). Lakon komedi juga mengungkap cacat atau kelemahan karakter manusia dengan gaya yang dibuat lucu.
Berikut adalah beberapa lakon komedi karya dramawan terkenal.a. Orang Kaya Baru dan Tartuffe karya Moliere,b. Orang Kasar (saduran W.S. Rendra) karya Anton P. Chekhov, danc. A Midsummer Night’s Dream dan The Commedy of Errors karya William Shakespeare.
Lakon tragikomedi adalah perpaduan antara kisah tragis (tragedi) dan komedi. Kegembiraan dan kisah sedih membaur menjadi satu peristiwa. Lakon ini menampilkan kehidupan manusia yang penuh konlik dan dramatis, tetapi dikemas dalam adegan bergaya komedi, dengan tangis dan tawa berbaur (Riantiarno: 2011, 5).
Berikut adalah beberapa lakon tragikomedi karya dramawan terkenal.
a. Jas Panjang Pesanan (terjemahan Jim Lim dan Suyatna Anirun) karya Wolf Monkowitz, dan
b. Trilogi Opera Kecoa karya N. Riantiarno.
Menurut Herman J. Waluyo (2001), melodrama adalah lakon yang sangat sentimental, dengan tokoh dan cerita yang mendebarkan hati dan menimbulkan haru pada penonton. Jenis lakon ini berkembang pada awal abad ke-19. Istilah melodrama berasal dari bagian sebuah opera yang menggambarkan suasana sedih atau romantis dengan iringan musik (kata melos diturunkan dari kata melody atau lagu).
Melodrama cukup populer apalagi dengan iringan musik yang memicu emosi/perasaan yang berlebih agar penonton dapat lebih merasakan suasana tontonannya. Kisahnya akan menguras air mata penonton karena adegan kesedihan yang kuat, walaupun tema yang disajikan sangat sederhana. Kesan suasana inilah yang kemudian berkembang menjadi jenis drama tersendiri.
Berikut adalah beberapa lakon melodrama karya dramawan terkenal.
a. Opera Primadona karya N. Riantiarno,
b. Uncle’s Tom Cabin karya Harriet Beecher Stowe, dan
c. The Octoroon karya Dion Boucicault.